Nah merasa sudah di atas langit bumipun lupa dipijak Glejitini semakin sombong dan angkuh apalagi kepada bawahanya, kata ancaman kepada bawahan selalu diobral, Pecat! Pindahkan! Saya telepon Wahidunplayboy deti ini juga kamu berhenti tanpa nego nego, demikian kata kata yang sering dia taburkan dikantor.
Ternyata kecerdasan otak Glejitini tidak diimbangi dengan kecerdasan sosial dan kecerdean emosional, berita miringpun bahkan hampir rubuh rahasia umum tersebar di seantero interen pegawai kota tersebut. Bisik bisik tetangga kantorpun beranak pinak dan berkembang biak ibarat Jamur dimusim durian eh hujan. Terlalu banyak bawahan atau mantan bawahan yang sakit hati merekapun melapor ke lebih atas lagi , pokonya lebih atas dari Wahidunplayboy. Dan akhirnya Glejitini tercapak alias terbuang dari Jabatan yang dia pikir abadi, menangislah dia sejadi jadinya.
Dan untuk direnungkan ingatlah waktu sedang dibawah kalau sudah diatas, luka tubuh masih bisa diobati tapi luka hati susah untuk diobati. Jangankan kita orang orang yang hebat didunia ini pasti beakhir kecuali amal dan kebaikan kita yang akan abadi.
Komentar